Dalam politik, perbedaan antara kawan dan lawan selalu tipis
Menurut Ujang Komarudin, seorang ahli politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, PDIP dengan jelas menunjukkan bahwa mereka tidak ingin dipermainkan oleh siapapun. Oleh karena itu, konflik antara partai tersebut dan Anies Baswedan adalah hal yang wajar.
Mungkin Anies belum memiliki kartu keanggotaan PDIP, belum memiliki KTA [Kartu Tanda Anggota]. Ujang pesantrenalfatah.com menyatakan bahwa PDIP tidak ingin hanya dijadikan sebagai alat oleh Anies, hanya sebagai tiket oleh Anies tanpa komitmen apapun.
Inilah kondisinya jika Anies menjadi kader tanpa ikatan Walaupun begitu, Ujang menegaskan bahwa PDP masih harus tetap diawasi oleh kader (Jokowi dapat merusak PDIP, terlebih bukan kader).
Ujang mengatakan bahwa PDIP bisa mengusung beberapa nama dari kader-kadernya sendiri, seperti Ahok, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan Abdullah Azwar Anas yang sekarang menjabat sebagai Menteri PANRB.
Menurutnya, PDIP ingin Anies mengikuti instruksi resmi partai karena partai tersebut melihat adanya kader yang didukung oleh partai tetapi kemudian berpaling Di sisi yang lain, Ujang menyadari bahwa baik Anies maupun PDIP memiliki keinginan yang sama untuk melawan Jokowi. Dusun tersebut mengatakan bahwa keduanya dapat mencari alasan untuk bergabung dalam koalisi.
Sebelumnya, mereka bertengkar… di situ politik sangat mengutamakan kepentingan praktis. Di politik, perbedaan antara teman dan lawan selalu sangat tipis,” ucapnya Menurut Silvanus Alvin, seorang ahli komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara, PDIP seharusnya menempatkan kader-kadernya sebagai calon dalam Pilkada Jakarta, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi yang sangat diperhatikan oleh masyarakat.
Karena bila hal itu terjadi, akan menjadi contoh buruk bahwa lebih baik dikenal daripada melalui proses dalam perjalanan politik. Maka, PDIP sebaiknya memilih calon dari dalam partainya sendiri,” kata Silvanus pada hari Senin (26/08).
Dalam pandangan saya, saya percaya bahwa Megawati akan tetap memilih anggota partainya sendiri Silvanus menyatakan bahwa Megawati berubah pikiran setelah sebelumnya memberikan dukungan kepada Jokowi sebagai calon presiden pada tahun 2014 karena pada saat itu popularitasnya sangat tinggi.
Walaupun akhirnya Jokowi berhasil memimpin PDIP meraih kemenangan, hubungan antara Megawati dan Jokowi sempat tegang. Megawati bersikap hati-hati supaya tidak mengalami situasi yang sama dengan Anies, terutama jika Anies kemudian menunjukkan terlalu banyak independensi setelah terpilih,” kata dia.
Menurut Silvanus, pentingnya kehati-hatian dalam mengambil keputusan ini adalah karena keputusan tentang siapa yang akan menjadi kandidat pilkada di Jakarta akan mempengaruhi masa depan PDIP dan Megawati.
If Megawati eventually decides to support Anies, it will be a carefully calculated decision, taking into account many complex political variables. Rephrased: Selain itu, jika mendekati akhirnya, perhatian terhadap PDIP akan semakin besar, baik dari media maupun masyarakat.