Pendidikan Tinggi: Bagaimana Universitas Menyiapkan Mahasiswa Menghadapi Revolusi Industri 4.0?
Revolusi Industri 4.0. Satu istilah yang sudah mendunia, di mana semua orang berbicara tentang AI, big data, Internet of Things (IoT), dan otomatisasi. Tapi, tahukah Anda apa yang dilakukan universitas kita untuk “menyiapkan” mahasiswa menghadapi dunia yang katanya “super canggih” ini? Ternyata, mereka masih sibuk mempersiapkan generasi masa depan dengan metode-metode yang… ya, bisa dibilang, sedikit “ketinggalan zaman.”
Kurikulum: Berisi Apa Sih?
Sistem pendidikan tinggi di Indonesia seringkali dianggap “terlalu berfokus pada teori” tanpa banyak memberikan pemahaman praktis tentang dunia yang sedang berkembang. Banyak universitas yang masih menekankan mata kuliah yang lebih relevan dengan abad ke-20, ketimbang abad ke-21. Cobalah lihat kurikulum yang ada—kita masih belajar tentang konsep yang sudah lama tidak berlaku di dunia industri modern.
Di satu sisi, universitas sering kali menawarkan mata kuliah baru dengan nama yang terdengar futuristik, seperti “Teknologi Cerdas” atau “Analisis Data Besar.” Namun, pada kenyataannya, mahasiswa yang lulus dari program-program tersebut justru sering kali terkejut ketika mereka mulai bekerja dan menghadapi dunia nyata yang penuh dengan teknologi mutakhir yang tidak diajarkan di bangku kuliah. Jadi, ya, kita bisa bilang, mereka menyiapkan mahasiswa dengan teori-teori futuristik… tapi sayangnya, agak ketinggalan zaman.
Infrastruktur: Teknologi atau Cuma Janji Manis?
Ketika universitas mengklaim siap untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, coba perhatikan dulu infrastrukturnya. Sebagian besar universitas masih kesulitan menyediakan fasilitas dan teknologi yang memadai. Laboratorium kunjungi komputer yang seharusnya penuh dengan perangkat mutakhir, kadang masih penuh dengan komputer jadul yang bahkan bisa membuat mahasiswa merasa kembali ke era ’90-an. Dan jangan harap mendapatkan koneksi internet cepat di ruang kuliah—kenyataannya, kecepatan Wi-Fi di kampus pun kadang lebih mirip dengan sistem dial-up.
Bagaimana mahasiswa bisa belajar tentang big data, AI, atau robotika jika alat yang mereka gunakan untuk belajar masih tertinggal jauh? Ya, itulah kenyataan yang seringkali dihadapi mahasiswa di Indonesia. Sepertinya, universitas masih lebih tertarik dengan pencitraan daripada benar-benar menyiapkan mahasiswa untuk tantangan zaman.
Soft Skills: Kalau Ada, Itu Bonus
Ketika semua orang bicara tentang “skills” yang dibutuhkan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0—seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan kemampuan beradaptasi—universitas justru lebih fokus mengajarkan bagaimana cara ujian dengan benar. Dalam banyak kasus, mahasiswa lulus dengan IPK tinggi, tetapi tanpa kemampuan untuk berpikir kritis atau berkolaborasi secara efektif. Jadi, jika Anda berharap universitas mengajarkan Anda bagaimana memimpin tim atau beradaptasi dengan teknologi baru, maaf, mungkin Anda perlu mencari kursus tambahan di luar kampus.
Kesimpulan: Menghadapi 4.0 dengan Persiapan 1.0
Jadi, bagaimana universitas mempersiapkan mahasiswa menghadapi Revolusi Industri 4.0? Jawabannya sederhana: mereka tidak benar-benar siap. Alih-alih memberi mahasiswa keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan dunia teknologi yang berkembang pesat, banyak universitas yang masih terjebak dalam rutinitas lama. Sementara dunia terus berkembang, kita mungkin akan terus disuguhi oleh sistem pendidikan yang tak lebih dari sekadar pengulangan kurikulum yang usang.
Jika revolusi industri 4.0 benar-benar terjadi, sepertinya kita akan perlu lebih banyak pelatihan di luar kampus daripada di dalamnya. Paling tidak, mahasiswa dapat bersiap dengan satu hal—kemampuan beradaptasi dengan cepat… atau lebih tepatnya, bertahan hidup.